Bulu Perindu, Pengasihan dan Penglarisan
“Bulu Perindu” merupakan salah satu benda yang banyak dibicarakan di dunia mistik. “Bulu Perindu” berbeda dengan “buluh perindu”. Bulu Perindu berbentuk seperti bulu karena berasal dari akar halus sebuah pohon, sedang buluh perindu berbentuk seperti seruling bambu karena berasal dari bambu. Konon, bulu perindu ini memiliki kekuatan magis yang berfungsi untuk pengasihan atau untuk menundukkan orang lain atau lawan jenis.
Abdul Jalil, 32 th, Pria kelahiran Cirebon ini adalah salah satu pemilik benda yang bernama bulu perindu tersebut. “Waktu itu pas bulan Muharram, tepatnya tgl 10 Muharram. Seperti biasa, setiap tgl 10 Muharram malam kami sekeluarga bersama para jamaah kami selalu melaksanakan ritual hadiyyu. Acara tahunan ini juga dihadiri oleh murid-murid ayah saya yang tinggal di Kalimantan, Kang Somad namanya. Acara dimulai sehabis shalat Isya’ dan selesai biasanya jam 12 malam. Setelah selesai acara tersebut kang Somad menghampiri saya dan memberikan tujuh (7) pasang bulu perindu tersebut kepada saya” cerita Abdul Jalil kepada infomistik, Ahad 27/01/2013, ketika ditanya asal usul bulu perindu tersebut.
Mengenai keunikannya, Abdul Jalil menceritakan bahwa memang ada keunikan dari benda tersebut. “ya unik juga, kalau dipisahkan satu sama lain, akan bergerak sendiri jadi kumpul sepasang sepasang, dan kumpulnya itu bukan sekedar berdampingan tapi saling melilit. Anehnya lagi, kok bisa kumpulnya sepasang-sepasang, bukan kumpul jadi satu, saya juga heran kok bisa begitu” kata Jalil kepada infomistik.com.
Mengenai kegunaan bulu perindu itu, Jalil mengatakan “sebenarnya saya juga kurang paham, tapi kata Kang Somad katanya buat pengasihan”. Ketika ditanya bagaimana cara menggunakan bulu perindu itu sehingga bisa untuk pengasihan, Jalil menjelaskan “caranya, ini sesuai petunjuk kang Somad, sepasang bulu perindu ini direndam di minyak kelapa hijau. Cara bikin minyak kelapa hijau ini juga ada syaratnya yaitu kelapa hijau yang akan dibuat minyak itu tidak boleh kelapa yang jatuh dari pohon tetapi kelapa itu harus dipetik dari pohon dan dibawa turun, bukan dijatuhkan. Dan membuat minyaknya juga harus pada hari Jum’at Legi atau Jum’at Manis. Nah setelah direndam di minyak, minyaknya dioleskan di telapak tangan kanan yang akan digunakan untuk berjabat tangan dengan orang yang dituju.” jelas Jalil.
Selain dengan cara tersebut, Jalil juga menambahkan “atau bisa juga sepasang bulu perindu itu disimpan di dalam dompet berwarna hitam sehingga bisa dibawa kemana-mana. Insyaallah dengan izin Tuhan akan menimbulkan aura pegasihan pada diri si pembawa, begitu kata kang Somad”.
“Selain itu, untuk penglarisan bagi orang-orang yang punya toko atau warung, sepasang bulu perindu ini direndam di air satu ember pada Malam Jum’at Legi, lalu paginya yaitu pada hari Jum’at Legi air yang sudah direndami bulu perindu itu dipercikkan atau disiram-siramkan di halaman warung atau toko”, tambah Jalil.
Ditanya tentang apakah menggunakan benda-benda busaka atau benda bertuah itu termasuk syirik, Jalil mengatakan “Semua itu hanya atas kehendak dan izin Allah, jangan lupa itu. Menurut saya, tidak ada yang menuhankan benda seperti ini. Kita harus tahu dimana wilayah Tuhan dan dimana wilayah makhluk. Masalah benda bertuah, kitab suci juga menceritakan bahwa Nabiyullah Musa Alaihissalam dengan izin Allah mampu membelah laut dengan menggunakan tongkatnya, apa itu syirik?” kata Jalil balik bertanya. “Orang boleh saja mengatakan itu syirik, khurafat dan lain sebagainya, boleh-boleh saja, tapi kalau menurut saya tidak. Karena siapapun yang menggunakan benda-benda seperti itu tidak ada yang mengaku bahwa benda-benda itu adalah Tuhannya. Yang dimaksud syirik itu kan menduakan Tuhan.”
“Bulu Perindu” merupakan salah satu benda yang banyak dibicarakan di dunia mistik. “Bulu Perindu” berbeda dengan “buluh perindu”. Bulu Perindu berbentuk seperti bulu karena berasal dari akar halus sebuah pohon, sedang buluh perindu berbentuk seperti seruling bambu karena berasal dari bambu. Konon, bulu perindu ini memiliki kekuatan magis yang berfungsi untuk pengasihan atau untuk menundukkan orang lain atau lawan jenis.
Abdul Jalil, 32 th, Pria kelahiran Cirebon ini adalah salah satu pemilik benda yang bernama bulu perindu tersebut. “Waktu itu pas bulan Muharram, tepatnya tgl 10 Muharram. Seperti biasa, setiap tgl 10 Muharram malam kami sekeluarga bersama para jamaah kami selalu melaksanakan ritual hadiyyu. Acara tahunan ini juga dihadiri oleh murid-murid ayah saya yang tinggal di Kalimantan, Kang Somad namanya. Acara dimulai sehabis shalat Isya’ dan selesai biasanya jam 12 malam. Setelah selesai acara tersebut kang Somad menghampiri saya dan memberikan tujuh (7) pasang bulu perindu tersebut kepada saya” cerita Abdul Jalil kepada infomistik, Ahad 27/01/2013, ketika ditanya asal usul bulu perindu tersebut.
Mengenai keunikannya, Abdul Jalil menceritakan bahwa memang ada keunikan dari benda tersebut. “ya unik juga, kalau dipisahkan satu sama lain, akan bergerak sendiri jadi kumpul sepasang sepasang, dan kumpulnya itu bukan sekedar berdampingan tapi saling melilit. Anehnya lagi, kok bisa kumpulnya sepasang-sepasang, bukan kumpul jadi satu, saya juga heran kok bisa begitu” kata Jalil kepada infomistik.com.
Mengenai kegunaan bulu perindu itu, Jalil mengatakan “sebenarnya saya juga kurang paham, tapi kata Kang Somad katanya buat pengasihan”. Ketika ditanya bagaimana cara menggunakan bulu perindu itu sehingga bisa untuk pengasihan, Jalil menjelaskan “caranya, ini sesuai petunjuk kang Somad, sepasang bulu perindu ini direndam di minyak kelapa hijau. Cara bikin minyak kelapa hijau ini juga ada syaratnya yaitu kelapa hijau yang akan dibuat minyak itu tidak boleh kelapa yang jatuh dari pohon tetapi kelapa itu harus dipetik dari pohon dan dibawa turun, bukan dijatuhkan. Dan membuat minyaknya juga harus pada hari Jum’at Legi atau Jum’at Manis. Nah setelah direndam di minyak, minyaknya dioleskan di telapak tangan kanan yang akan digunakan untuk berjabat tangan dengan orang yang dituju.” jelas Jalil.
Selain dengan cara tersebut, Jalil juga menambahkan “atau bisa juga sepasang bulu perindu itu disimpan di dalam dompet berwarna hitam sehingga bisa dibawa kemana-mana. Insyaallah dengan izin Tuhan akan menimbulkan aura pegasihan pada diri si pembawa, begitu kata kang Somad”.
“Selain itu, untuk penglarisan bagi orang-orang yang punya toko atau warung, sepasang bulu perindu ini direndam di air satu ember pada Malam Jum’at Legi, lalu paginya yaitu pada hari Jum’at Legi air yang sudah direndami bulu perindu itu dipercikkan atau disiram-siramkan di halaman warung atau toko”, tambah Jalil.
Ditanya tentang apakah menggunakan benda-benda busaka atau benda bertuah itu termasuk syirik, Jalil mengatakan “Semua itu hanya atas kehendak dan izin Allah, jangan lupa itu. Menurut saya, tidak ada yang menuhankan benda seperti ini. Kita harus tahu dimana wilayah Tuhan dan dimana wilayah makhluk. Masalah benda bertuah, kitab suci juga menceritakan bahwa Nabiyullah Musa Alaihissalam dengan izin Allah mampu membelah laut dengan menggunakan tongkatnya, apa itu syirik?” kata Jalil balik bertanya. “Orang boleh saja mengatakan itu syirik, khurafat dan lain sebagainya, boleh-boleh saja, tapi kalau menurut saya tidak. Karena siapapun yang menggunakan benda-benda seperti itu tidak ada yang mengaku bahwa benda-benda itu adalah Tuhannya. Yang dimaksud syirik itu kan menduakan Tuhan.”